Semua tulisan dari muhamadagung11

Keunggulan dan perkembangan jurusan perikanan

Perkembangan dan Keunggulan Jurusan Perikanan

Jurusan ini diorientasikan untuk mencetak sarjana perikanan yang memiliki kemampuan teknis dan manajerial di bidang perikanan dan kelautan dengan penguasaan Iptek serta berjiwa kewirausahaan. Kurikulum dititikberatkan pada penguasaan ilmu dan teknologi pengolahan hasil perikanan, ekologi dan kelautan serta kewirausahaan.

Jurusan Perikanan dilengkapi dengan fasilitas seperti kolam indoor dan outdoor, laboratorium-laboratorium produk pakan alami, nutrisi dan analisa proksimat, pembenihan dan penyakit. Selama studi mahasiswa diberi kesempatan untuk magang di beberapa industri perikanan dan balai-balai budidaya milik pemerintah.

Lulusan jurusan perikanan memiliki kompetensi dalam pembenihan ikan dan organisme perairan lainnya, baik tawar, payau dan asin, pengetahuan dan ketrampilan dalam bioteknologi perikanan, wawasan tentang manajemen pengelolaan pesisir dan lautan secara terpadu, serta kemampuan wirausaha dalam bidang perikanan. Dengan kompetensi tersebut, lulusan jurusan Perikanan berpeluang untuk bekerja di bidang usaha pembenihan ikan/udang, budidaya tambak/kolam, industri pengolahan ikan/udang, indusri pakan ikan/udang, industri pupuk dan obat hewan, konsultan lingkungan, peneliti di bidang perikanan dan kelautan serta wirausaha mandiri.Sumber

Program Studi Perikanan merupakan salah satu jurusan yang dimiliki oleh Fakultas  pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.  Jurusan ini mulai dibuka pada tahun 1995 dengan status terdaftar berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 160/DIKN/Kep/1995. Saat ini, jurusan Perikanan memiliki 1 program studi yaitu Program Studi Budidaya Perairan. Dalam perjalanannya, jurusan Perikanan terus mengalami perkembangan pesat dan pada tahun 2000 jurusan Perikanan FPP – UMM telah memperoleh status terakreditasi dengan nilai baik (B), begitu pula pada tahun 2006 juga “terakreditasi” dengan nilai baik (B). Sedangkan pada tahun 2011-2016 telah terakreditasi sangat baik (A).

  1. Jurusan Perikanan dengan Program Studi Budidaya Perairan telah terakreditasi A (Sangat Baik). Hal ini membuktikan bahwa program studi ini mampu bersaing dengan program studi yang sama di PTN.
  2. Jurusan Perikanan telah dilengkapi dengan fasilitas akademik yang representatif, baik itu fasilitas perkuliahan maupun laboratorium, diantaranya ruang kuliah multimedia dan berbagai fasilitas lab. seperti kolam indoor dan outdoor, lab. pembenihan, lab. nutrisi, lab. mikrobiologi, dsb
  3. Terdapat berbagai macam beasiswa yang bisa dimanfaatkan untuk membantu mahasiswa selama menempuh kuliah di Jurusan Perikanan UMM. Selain itu, juga semakin luasnya peluang kerja di bidang perikanan dan kelautan.
  4. Salah satu program unggulan di Jurusan Perikanan adalah Praktek Usaha Perikanan (PUP). Program ini dilaksanakan selama satu semester secara berkelompok dan bertujuan untuk melatih mahasiswa dalam berwirausaha (Entrepreneurship).
  5. Setiap mahasiswa baru akan mendapatkan fasilitas Field Trip ke berbagai Balai Perikanan milik pemerintah dan perusahaan perikanan swasta yang terkenal.

Sumber : https://dwipradikdo19.wordpress.com/2015/08/05/perkembangan-dan-keunggulan-jurusan-perikanan-umm/

Deskripsi tentang Universitas muhammadiyah malang

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) adalah perguruan tinggi swasta terakreditasi “A” dengan Nomor SK: 074/SK/BAN-PT/Ak-IV/PT/II/2013, yang berpusat di kampus III terpadu Universitas Muhammadiyah Malang, Jalan Raya Tlogomas 246 Kota Malang, Jawa Timur. Universitas yang berdiri pada tahun 1964 ini berinduk pada organisasi Muhammadiyah dan merupakan perguruan tinggi Muhammadiyah terbesar di Jawa Timur. UMM termasuk dalam jajaran PTS terkemuka di Indonesia bersama UII dan UMY. Oleh karena didominasi warna dinding putih, UMM sering disebut sebagai kampus putih

UMM merupakan salah satu universitas yang tumbuh cepat, sehingga oleh PP Muhammadiyah diberi amanat sebagai perguruan tinggi pembina untuk seluruh PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) wilayah Indonesia Timur. Program-program yang didisain dengan cermat menjadikan UMM sebagai “The Real University”, yaitu universitas yang benar-benar universitas dalam artian sebagai institusi pendidikan tinggi yang selalu komit dalam mengembangkan Tri Darma Perguruan Tinggi

1_foto udara pesmaba

Pada sekarang ini Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menempati 3 lokasi kampus, yaitu kampus I di Jalan Bandung 1, kampus II di Jalan Bendungan Sutami 188 A dan kampus III di Jalan Raya Tlogomas 246. Kampus satu yang merupakan cikal bakal UMM, dan sekarang ini dikonsentrasikan untuk program Pasca Sarjana. Sedangkan kampus II yang dulu merupakan pusat kegiatan utama , sekarang di konsentrasikan sebagai kampus Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ilmu Kesehatan. Sedangkan kampus III sebagai kampus terpadu dijadikan sebagai pusat sari seluruh aktivitas.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Muhammadiyah_Malang

Budaya, makanan, ciri khas Banyuwangi

Budaya kota Banyuwangi

Tarian Gandrung adalah seni pertunjukan tarian yang berasal dari Banyuwangi Jawa Timur. Tarian ini muncul sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat setiap habis panen. Gandrung masih satu genre dengan Ketuk Tilu dari Jawa Barat, Tayub dari Jawa Tengah dan Jawa Timur bagian barat, Lengger dari wilayah Banyumas dan Joged Bumbung dari Bali. Bentuk kesenian yang didominasi tarian dengan orkestrasi khas ini populer di wilayah Banyuwangi yang terletak di ujung timur Pulau Jawa. Saking populernya, telah menjadi ciri khas dari wilayah tersebut. Tak salah jika Banyuwangi selalu diidentikkan dengan gandrung. Lihat saja di berbagai sudut wilayah Banyuwangi akan sering banyak patung penari gandrung.
Tarian yang diiringi dengan musik ini dimainkan oleh seorang wanita penari profesional yang menari bersama tamu, terutama pria secara berpasangan. Iringan musik tadi  merupakan khas perpaduan budaya Jawa dan Bali. Sementara peralatan musik pengiringnya terdiri dari gong, kluncing, biola, kendhang, dan sepasang kethuk. Kadang-kadang diselingi dengan saron Bali, angklung, atau rebana sebagai bentuk kreasi dan diiringi electone.Gandrung sering dipentaskan pada berbagai acara, seperti perkawinan, pethik laut, khitanan, tujuh belasan dan acara-acara resmi maupun tak resmi lainnya, baik di Banyuwangi maupun wilayah lainnya. Menurut kebiasaan, pertunjukan lengkapnya dimulai sejak sekitar pukul 21.00 dan berakhir hingga menjelang subuh.

Cerita Menyangkut Gandrung
Seperti yang diceritakan oleh para sesepuh Banyuwangi tempo dulu, gandrung Banyuwangi muncul bersamaan dengan pembabatan hutan “Tirtagondo (Tirta arum) untuk membangun ibu kota Balambangan pengganti Pangpang (Ulu Pangpang). Pembabatan ini dilakukan atas prakarsa bupati kala itu, yakni Mas Alit. Dia dilantik sebagai bupati pada 2 Februari 1774 di Ulupangpang.
Dari cerita tutur yang disampaikan secara turun-temurun, gandrung semula dilakukan oleh kaum lelaki yang membawa peralatan musik perkusi berupa kendang dan beberapa rebana. Mereka memainkan peralatan musik tersebut di hadapan penduduk yang mampu secara ekonomi. Para pemain tersebut menerima semacam imbalan dari penduduk yang mampu berupa beras atau hasil bumi lainnya.
Setiap hari mereka berkeliling mendatangi tempat-tempat yang dihuni oleh sisa-sisa rakyat Balambangan sebelah timur. Kokon, rakyat yang mengungsi tersebut jumlahnya tinggal sekitar lima ribu jiwa. Imbalan tadi disumbangankan kepada para pengungsi.
Kondisi rakyat tersebut sebagai akibat dari penyerbuan Kompeni yang dibantu oleh Mataram dan Madura pada tahun 1767 untuk merebut Balambangan dari kekuasaan Mangwi. Peperangan tersebut terus berlanjut hingga berakhirnya perang Bayu yang sadis, keji dan brutal pada 11 Oktober 1772. Kompeni memenangkan perang tersebut.
Konon, jumlah rakyat yang tewas, melarikan diri, tertawan, hilang tak tentu rimbanya atau dibuang oleh Kompeni lebih dari 60 ribu jiwa. Sementara sisanya sekitar lima ribu jiwa hidup terlantar dengan keadaannya yang sangat memprihatinkan. Mereka terpencar cerai-berai di desa-desa, di pedalaman, bahkan banyak yang belindung di hutan-hutan. Mereka terdiri dari para orang tua, para janda serta anak-anak yang tak lagi memiliki orangtua.
Mereka mau kembali ke kampung halamannya untuk memulai kehidupan baru. Sebagaian dari mereka ikut membabat hutan Tirta Arum yang akan dijadikan ibu kota. Lalu mereka menetap di ibu kota yang baru dibangun atas prakarsa Mas Alit. Ibu kota tersebut kemudia diberi nama Banyuwangi. Tujuan kelahiran kesenian ini ialah menyelamatkan sisa-sisa rakyat yang telah dibantai habis-habisan oleh Kompeni. Mereka membangun kembali bumi Belambangan sebelah timur yang telah hancur porak-poranda akibat serbuan Kompeni.
Pertama kalinya yang melakukan tarian gandrung adalah para lelaki, yang didandani seperti perempuan. Instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung ini adalah kendang. Saat itu, biola telah digunakan. Gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890-an. Diduga lenyap karena ajaran Islam melarang lelaki berdandan seperti perempuan. Sebenarnya, tari gandrung laki-laki benar-benar lenyap tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsan.Kesenian gandrung Banyuwangi masih tegar dalam menghadapi gempuran arus globalisasi, yang dipopulerkan melalui media elektronik dan media cetak. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pun mulai mewajibkan setiap siswa dari SD hingga SMA untuk mengikuti ekstrakurikuler kesenian Banyuwangi.
Sejak tahun 2000, antusiasme seniman-budayawan Dewan Kesenian Blambangan meningkat. Gandrung, dalam pandangan kelompok ini adalah kesenian yang mengandung nilai-nilai historis komunitas Using yang terus-menerus tertekan secara struktural maupun kultural. Dengan kata lain, Gandrung adalah bentuk perlawanan kebudayaan daerah masyarakat Using.
Perkembangan selanjutnya, tari Gandrung resmi menjadi maskot pariwisata Banyuwangi yang disusul pematungan gandrung terpajang di berbagai sudut kota dan desa. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi juga memprakarsai promosi gandrung untuk dipentaskan di beberapa tempat seperti Surabaya , Jakarta , Hongkong, dan beberapa kota di Amerika Serikat.
2124056gandrung-11780x390gandrung-banyuwangi-rumah-banyuwangi-jual-tanah-jember-rumah-dijual-di-banyuwangi-jual-tanah-banyuwangi-tanah-di-jual-di-banyuwangi-rumah-di-banyuwangiCOLLECTIE_TROPENMUSEUM_Studioportret_van_een_gandrung_danseres_TMnr_10026815

Sumber : http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/886/tarian-gandrung

Makanan khas kota Banyuwangi

1. Rujak Soto

Foto 1 Kuliner Khas dari Banyuwangi

Pecinta kuliner, selama ini kita tahu kalau rujak dan soto punya ciri berbeda. Namun apa jadinya ya kalau dijadikan satu? Inilah salah satu kreasi kuliner khas Banyuwangi yang menjadi primadona pecinta makanan tradisonal. Perpaduan rujak sayur dan soto babat ini memang unik karena yang disajikan adalah rujak sayur namun dengan siraman soto babat. So, rasanya tidak bisa ditebak namun sekali mencicipi bisa langsung ketagihan. Menu ini juga cocok dengan pecinta makanan pedas. Untuk menemukannya juga sangat mudah karena bisa ditemukan di warung makan pinggir jalan. Bahan-bahan yang dipakai antara lain kacang, petis, udang, garam, gula merah, pisang klutuk, tempe, tahu, emping melinjo, telur, kerupuk udang, tauge, kangkung dan kuah soto dan isiannya.

 

2. Pecel Pitik

Foto 2 Kuliner Khas dari Banyuwangi

Dalam bahasa Jawa, pitik berarti ayam, jadi dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai Pecel Ayam. Menu ini bukan menu sembarangan karena merupakan menu turun-temurun dan sudah dikenal sebagai makanan adat terutama dari suku Using yang rasanya tidak kalah dengan makanan modern. Bahan utama yang digunakan adalah ayam kampung muda yang umurnya sekitar 8 bulan sehingga daging dan tulangnya masih empuk. Ayam ini kemudian dibakar di atas tungku perapian namun dijaga tingkat kematangannya sehingga tidak sampai kering sebelum dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Makanan khas Banyuwangi ini kemudian disajikan dengan parutan kelapa muda, kacang sangrai yang dihaluskan, rempah-rempah pilihan serta sedikit air kelapa muda agar bumbunya meresap sempurna.

3. Sego Tempong

Foto 3 Kuliner Khas dari Banyuwangi

Menu satu ini juga tidak kalah populer di Banyuwangi dan cocok sekali bagi penggemar makanan pedas atau bahkan super pedas. Kenapa? Karena ciri utama dari Sego Tempong adalah sambal yang masih segar yang bisa membuat keringat penikmat kuliner mengalir deras. Dalam bahasa Jawa, sego berarti nasi, dan tempong berarti tempeleng. So, kalau diartikan adalah menu nasi yang bisa membuat kamu merasa ditempeleng setelah melahapnya karena sambal yang disajikan super pedas. Sayuran yang menemani sambal ini adalah daun ketela, kacang, panjang, terong, dan mentimun. Rasanya makin mantap dengan tambahan gorengan tempat, tahu, atau ikan asin. Untuk bisa mencicipinya juga sangat mudah karena menu ini bisa ditemukan di warung-warung dan restoran di kota Banyuwangi.

4. Ayam Pedes Rantinem

Foto 4 Kuliner Khas dari Banyuwangi

Sesuai dengan namanya, menu ini juga tergolong pedas. Mungkin karena hampir semua orang Banyuwangi suka memakai cabai untuk masak sehingga berpengaruh juga terhadap kuliner khas di sana. Berlokasi di Genteng belakang kantor pos terminal lama, menu ini berupa ayam kampung yang diberi bumbu pilihan dan kuah santan serta lalapan. Ketika baru melihat saja sudah bikin ngeces dan ketika merasakannya, dijamin bibir langsung kepedasan. So buat kamu yang tidak bisa makan pedas, lebih baik tidak usah memesan menu yang satu ini karena dikhawatirkan perut langsung melilit.

5. Kue Bagiak

Foto 5 Kuliner Khas dari Banyuwangi

Selain 4 menu di atas, Banyuwangi juga dikenal punya camilan ringan yang cukup khas dan populer, yaitu Kue Bagiak yang rasanya gurih. Cocok sekali dijadikan teman ngobrol atau bersantai saat menonton televisi. So, kalau kamu lagi main ke Banyuwangi, jangan sampai lupa membawa camilan ini ya!

Sumber : http://www.pegipegi.com/travel/5-makanan-khas-banyuwangi-yang-menggugah-selera/

Ciri khas kota banyuwangi

  • The Sunrise of Java

Julukan The Sunrise of Java disandang Kabupaten Banyuwangi tidak lain karena daerah yang pertama terkena sinar matahari terbit di pulau Jawa.

  • Bumi Blambangan

Sejarah berdirinya Banyuwangi tidak bisa dilepaskan dari sejarah kerajaan Blambangan, karena Blambangan merupakan cikal bakal dari Banyuwangi. Blambangan adalah kerajaan yang semasa dengan kerajaan Majapahit bahkan dua abad lebih panjang umurnya. Blambangan adalah kerajaan yang paling gigih bertahan terhadap serangan Mataram dan VOC serta Blambanganlah kerajaan yang paling akhir ditaklukkan penjajah Belanda di pulau Jawa.

  • Kota Osing

Salah satu keunikan Banyuwangi adalah penduduk yang multikultur, dibentuk oleh 3 elemen masyarakat yaitu Jawa Mataraman, Madura, dan Osing. Suku Osing adalah penduduk asli Banyuwangi. Sebagai keturunan kerajaan Blambangan, suku osing mempunyai adat-istiadat, budaya maupun bahasa yang berbeda dari masyarakat jawa dan madura.

  • Kota Santet

Julukan Banyuwangi kota santet terkenal sejak peristiwa memilukan ketika 100 orang lebih dibunuh secara misterius karena dituduh memiliki ilmu santet. Peristiwa ini dikenal luas oleh masyarakat sebagai “Tragedi Santet” Tahun 1998.

  • Kota Gandrung

Kabupaten Banyuwangi terkenal dengan Tari Gandrung yang menjadi maskot kabupaten ini.

  • Kota Banteng

Kabupaten Banyuwangi dijuluki kota banteng dikarenakan di Banyuwangi tepatnya di Taman Nasional Alas Purwo terdapat banyak banteng jawa.

  • Kota Pisang

Sejak dahulu Kabupaten Banyuwangi sangat dikenal sebagai penghasil pisang terbesar, bahkan tiap dipekarangan rumah warga selalu terdapat pohon pisang.

  • Kota Festival

Berawal dari sukses penyelenggaraan kegiatan budaya Banyuwangi Ethno Carnival pertama pada tahun 2011 lalu, maka pada tahun-tahun berikutnya seakan tak terbendung lagi semangat dan kegairahan masyarakat Banyuwangi untuk mengangkat potensi dan budaya daerah melalui rangkaian kegiatan yang dikemas dalam tajuk Banyuwangi Festival. Maka sejak 2012 acara Banyuwangi Ethno Carnival ditahbiskan menjadi agenda tahunan berbarengan dengan kegiatan lain, baik yang bersifat seni, budaya, fesyen, dan wisata olahraga.

Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Banyuwangi